Setiap kita hampir dapat dipastikan tidak suka dengan kesombongan. Tidak ada yang benar-benar tulus menyukai orang sombong. Orang-orang yang dekat dengan orang sombong boleh jadi adalah salah satu dari orang-orang ini: punya kepentingan dengan si sombong atau sosialisasi basa-basi. Sombong, kata Nabi Muhammad SAW, adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain. Dalam ajaran Islam (dan banyak agama lainnya) kesombongan adalah akhlaq yang tercela. Berikut ini adalah sekilas gambaran ciri-ciri orang yang sombong:
1. Menolak kebenaran. Orang sombong selalu merasa dirinya tidak pernah salah. Ia merasa selalu benar. Jika kesalahannya dikoreksi atau terkoreksi, marahlah ia sambil menolak kebenaran tersebut. Terlebih lagi bila yang mengoreksi kesalahannya dan menyampaikan kebenaran kepadanya adalah orang yang tidak dia anggap dari sisi status sosial, level pendidikan, maupun lingkup pergaulan. Ia akan berpegang teguh pada kesalahannya dan mencoba menghiasinya dengan berbagai dalil pembenaran. Ia juga menolak nasehat.
2. Merendahkan orang lain. Pengertiannya adalah meremehkan reputasi, kepribadian, pendapat, masukan dan koreksi dari orang lain. Orang sombong selalu putar otak bagaimana caranya supaya ia selalu bisa di atas orang lain. Bukannya dengan prestasi yang tulus, ia malah berdiri di atas kepala orang lain (menginjak-injaknya). Itulah cara yang ia tempuh supaya lebih terlihat hebat di hadapan khalayak.
3. Suaranya lebih sering tinggi dalam obrolan dan kerap memotong pembicaraan untuk mengutarakan dan mengeksiskan pendapatnya. Yang dia inginkan adalah agar setiap orang yang terlibat obrolan dengannya harus diam, tidak mengutarakan ucapan pribadi, mendengarkan pendapatnya, dan menyetujui pendapatnya itu. Bahkan ini adalah juga salah satu trik (payah) untuk mengokohkan pendapatnya yang keliru supaya tampak benar. Ia bersuara tinggi juga untuk menutupi kebodohannya. Dia selalu cari cara atau dalil untuk membantah setiap pendapat orang lain setelah terlebih dahulu memotong pembicaraan orang lain tersebut. Sekalipun pendapat orang lain itu sama dengan pendapatnya, ia akan menambahi pendapatnya supaya selalu tampak beda dan khas serta tak jarang meremehkan pendapat orang lain yang sama itu.
4. Jarang menundukkan kepala. Dagunya lebih sering mengambil jarak yang jauh dengan dadanya dan berusaha sampai ke posisi hidung. Menundukkan kepala baginya adalah pertanda orang lemah dan bodoh. Sementara mengangkat dagunya adalah tanda hebat dan tidak bisa diremehkan. Orang yang tinggi kelas (sosial maupun intelektual) tidak menundukkan kepalanya, karena jika begitu tidak akan terlihat statusnya kelasnya itu dan orang lain tidak akan menganggapnya eksis. Tapi tidak mesti orang yang dagunya terangkat itu adalah orang yang sombong.
5. Tidak ada kultur melayani dalam kamus kehidupannya. Dialah yang harus dilayani. Orang lain harus melayaninya. Baginya, melayani orang lain adalah perbuatan yang rendah dan hina. Dia menganggap melayani orang lain hanyalah perbuatan orang rendah kelas. Tidak jauh beda dengan budak. Kalaupun ia melayani orang lain, maka itu hanya untuk kepentingan publisitas dan meraih keuntungan bagi dirinya seperti popularitas misalnya (ingin dikenal sebagai orang yang baik hati dan tulus).
6. Lidahnya amat sering mencela orang lain. Nyaris dalam setiap obrolan dengan orang lain ia senantiasa menyelipkan celaan terhadap orang lain, baik yang hadir dalam obrolan itu maupun yang in absentia. Jika orang lain itu ada dihadapannya, maka celaannya itu hadir dari mulutnya dibungkus sebagai canda. Kelemahan (terutama lagi kesalahan) orang lain dijadikan sebagai bahan celaan (dia menyebutnya sebagai canda). Dengan celaan-celaan itu, ia hendak merendahkan atau meremehkan orang lain (sebagaimana poin dua di atas) dengan membeberkan keburukan, kelemahan, dan kesalahan orang lain serta memberikan kesan bahwa dirinya jauh dari yang dicelanya itu dan berharap dirinya akan jadi mulia tanpa cacat di hadapan orang lain.
7. Pantang baginya untuk tidak tahu. Ia selalu sok paling tahu. Orang yang tidak tahu baginya adalah orang yang bodoh. Jika ia tidak tahu akan sebuah informasi, padahal informasi itu sedang diperbincangkan oleh orang lain, maka ia akan ikut nimbrung dan memberikan komentar-komentarnya atas informasi itu seolah-olah ia adalah yang paling tahu tentang informasi itu dan penerima kabar pertamanya (atau saksi langsung). Apalagi jika ia mengetahui informasi itu sedikit, maka mulut besarnya akan membuatnya ia tampak mengetahui seluruh informasi itu secara lengkap. Akan makin menjadi-jadi bila ia memang betul-betul mengetahui informasi itu secara lengkap. Ia menghindari mengucapkan kata-kata tidak tahu.
8. Pilihan katanya selalu membentuk kalimat yang menonjolkan dirinya. Kehebatannya tidak boleh luput dari publikasi. Setiap manusia harus tahu kehebatannya dan (diharapkannya) akan takjub serta memujinya seraya menundukkan kepala kepadanya.
9. Tak jarang barang-barangnya tergeletak di mana-mana. Ia bukannya lupa, tapi lebih berharap orang lain yang akan mengurus barang-barangnya itu. Mentalnya adalah mental boss.
10. Tak jarang kedua ujung bibirnya ditarik ke bawah. Mencibir adalah juga salah satu hobinya. Ini dalam rangka merendahkan pihak lain.
11. Jika meminjam barang orang lain ia nyaris selalu lupa atau jarang mengembalikannya. Sebaliknya jika orang lain meminjam darinya, ia selalu menagih dengan gigih.
12. Ia amat benci jika ada yang mencelanya balik. Orang lain dicelanya, lalu dibalas dengan celaan pula, maka ia akan marah bukan kepalang. Tidak fair adalah salah satu sikapnya. Dia senang mencela, tapi tidak senang jika dicela.
0 komentar:
Posting Komentar